Selasa, 12 April 2011

KONSEP KOMPREHENSIFITAS DALAM PENATAAN LINGKUNGAN WARGA

Gb. Reaktor Pengolah Sampah
Sampah adalah persoalan sederhana yang berpotensi menjadi kompleks jika tidak ditangani dengan baik. Sampah bagaikan cermin wajah kota. Bagaimana kota terlihat indah dan nyaman antara lain tergambar dari cara pengelola kota memperlakukan sampah warganya.
Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup belum optimal bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya. Sehingga hal ini banyak menimbulkan bencana seperti banjir, tanah longsor. Bahkan lingkungan yang buruk juga menimbulkan berbagai macam penyakit di masyarakat seperti Demam Berdarah (DB), Chikungunya dan lainlain. Untuk itu perlu penyadaran lebih mendalam kepada masyarakat agar mereka mau dan peduli terhadap lingkungan hidup.
Lingkungan yang kotor dan polusi sampah inilah yang menyebabkan masyarakat tidak menyadari hidup sehat dan akhirnya melimpahkan masalah ke pemerintah setempat. Masalah lingkungan adalah masalah kita bersama yang harus kita jaga kebersihan dan kesehatannya. Melalui perawatan rutin setiap hari jangan menunggu lingkungan rusak dan merugikan kita bersama.
Lingkungan Sehat adalah Lingkungan Bebas Polusi.
Untuk menangani masalah persampahan, pemerintah telah menentukan Kebijakan Nasional Bidang Persampahan (2006-2010), yang berisi :
i) Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya,
ii) Mengedepankan peran dan partisipasi aktif masyarakat sebagai mitra dalam pengelolaan,
iii) Perkuatan kapasitas kelembagaan pengelolaan persampahan,
iv) Pemisahan badan/fungsi regulator dan operator,
v) Pengembangan kemitraan dengan swasta,
vi) Peningkatan pelayanan untuk mencapai sasaran nasional,
vii)Penerapan prinsip pemulihan biaya secara bertahap dan
viii)Peningkatan efektifitas penegakan hukum.
Masalah sampah adalah masalah bersama yang membutuhkan sinergi untuk menanganinya bersama-sama pula, karena saling berkaitan dalam sistem ekologi. Siapakah yang pertama kali mengeluarkan sampah, lalu di buang kemana sampah hasil buangan tersebut?. Sampah pada dasarnya terbagi dua kelompok, sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Perbedaan yang mudah sekali untuk membedakannya. Namun terkadang kita enggan untuk memilahnya terlebih dahulu sebelum membuangnya. Ini bisa dilihat dari setiap Tempat Pembuangan Sampah baik itu di rumah tangga atau di komplek-komplek perumahan. Bila dipisahkan dengan baik sampah akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tentunya setelah melalui proses daur ulang. Disamping itu pula sampah tidak akan menghasilkan bau yang tajam bila kedua jenis sampah tersebut dipisahkan.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya menangani sampah baik sampah organik maupun non organik, misalnya teknik composting (dibuat pupuk kompos), sanitary landfill (pemindahan sampah dari satu daerah ke daerah lain), insinerator (instalasi pembakaran yang uap panasnya diubah menjadi tenaga listrik), fermentasi biodigester (perendaman sampah dalam ruang kedap udara sehingga membusuk).
Dalam lingkup yang lebih besar masalah sampah akan menjadi bagian dari masalah lingkungan yang lebih besar. Dampak lingkungan yang dihasilkan dari pertumbuhan kota telah terdistribusi dengan tidak merata, baik secara sosial maupun geografis. Dalam hal ini dampak lingkungan cenderung dialihkan ke tempat lain yang selanjutnya lebih dikenal sebagai fenomena NIMBY (Not In My Back Yard), fenomena NIMBY ini melekat dalam individu-individu yang tidak peduli pada lingkungan sekitar. NIMBY juga menjadi bentuk ketidakpedulian individu terhadap individu lainnya, ringkasnya menjadi gambaran asal saya sehat tidak peduli yang lain sakit karena ulah kita, atau asal lingkungan saya bersih, tidak peduli lingkungan tetangga saya kotor.
Untuk itu, dalam skala kecil (lingkungan RW) menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan pada wilayah yang lain. Alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam.
Memperlakukan sampah dengan baik dengan sendirinya akan memberikan timbal balik yang positif. Dibeberapa daerah industri daur ulang sampah kertas, plastik sudah bisa menjadi home industri yang berperan dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Memulai dari diri sendiri dengan tidak membuang sampah sembarang adalah bukti nyata kepedulian kita pada lingkungan. Barangkali benar adanya bahwa semuanya berawal dari mentalitas individu, bila semuanya sudah menyadari arti penting kebersihan lingkungan dan betapa tidak terpujinya membuang sampah sembarangan maka permasalahan sampah yang menjadi momok yang menakutkan tidak akan terulang lagi dimasa yang akan datang.
Salah satu bentuk perlakuan yang baik terhadap sampah terutama sampah organik adalah dengan mengubahnya menjadi energi alternatif, karena dari sampah organik akan mengeluarkan gas metana setelah melalui proses yang amat sederhana. Sampah organic yang dihasilkan di rumah-rumah tangga, dimasukkan kedalam reaktor biodigester. Di dalam reaktor biodigester tersebut sampah organik diolah secara alami oleh bakteri anaerob. Bakteri anaerob adalah jenis bakteri yang mampu hidup dalam ruang hampa udara. Bakteri jenis ini dapat mengubah sampah organik menjadi gas metana melalui proses fermentasi. Proses fermentasi sampah organik oleh bakteri anaerob dalam instalasi biodigester dapat menghasilkan gas metana dan pupuk cair non kimiawi (pupuk organik). Pengolahan sampah organik melalui fermentasi biodigester merupakan pengolahan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat secara terpadu.Inilah salah satu solusi penanganan sampah yang menurut hemat penulis merupakan solusi terbaik dalam menangani sampah karena melalui reaktor biodigester, lingkungan kita akan menjadi nol sampah (zero waste). Sementara sampah an organik dapat didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna atau melalui proses perajangan menjadi bijih plastic, sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
Gas metana yang keluar melalui proses fermentasi sampah dalam reaktor biodigester selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas keperluan rumah tangga. Uniknya lagi gas ini cukup aman walaupun bersentuhan langsung dengan api, sehingga tidak akan menimbulkan kekhawatiran terjadinya ledakan seperti yang akhir-akhir ini sering terjadi. Tabung penampung gas yang diperlukan hanya berupa kantong plastik berukuran besar. Gas tersebut dialirkan dengan menggunakan slang plastik sebagai penghubung ke kompor, selanjutnya dapat digunakan untuk memasak. Dengan demikian akan mengurangi pengeluaran bulanan setiap keluarga.
Pengubahan gas metana menjadi tenaga listrik, mesin yang dibutuhkan adalah mesin genset berbahan bakar cair (bensin) sebagai pembangkit listrik. Dengan sedikit pengubahan pada karburator, maka genset berbahan bakar cair tersebut akan berubah menjadi mesin pembangkit listrik berbahan bakar gas. Jalan-jalan gang sebuah pemukiman yang selama ini gelap gulita, dengan adanya instalasi biogas akan menjadi kampung atau pemukiman yang terang benderang pada malam hari. Gerakan hemat energi listrik akan segera terwujud, jika di setiap pemukiman padat penduduk dibangun reaktor biodigester.
Lingkungan hijau, rindang, asri, dan nyaman adalah lingkungan yang diidam-idamkan oleh siapa pun. Lingkungan yang sehat kita butuhkan, namun terkadang kita susah mewujudkannya. Salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan sehat, hijau, rindang, asri, dan nyaman adalah dengan menggalakkan gemar bertanam. Program dapur hidup, apotek hidup, dan warung hidup akan mudah dilaksanakan karena didukung oleh penggunaan limbah cair organik hasil dari instalasi biogas. Sistem pertanian yang lakukan adalah bertani tanpa harus memiliki lahan pertanian yang luas. Media yang digunakan dalam bertani dengan teknik ini yaitu menggunakan botol plastik bekas air minum kemasan, digantung-gantungkan pada bilahan bambu yang telah diatur posisinya sedimikian rupa. Pupuk cair dialirkan melalui pipa PVC ukuran ½ inch. Pada setiap tanaman diberi lubang sedapat air menetes.
Konsep zero waste artinya memperlakukan sampah kedalam kondisi nol atau tak bersisa. Bagaimana upaya kita menolkan sampah. Dengan penerapan konsep zero waste, maka lingkungan kita benar-benar terhindar dari penumpukkan sampah baik sampah organik maupun sampah an organik. Kerusakan lingkungan hidup yang lebih parah akan dapat terhindarkan. Di sisi lain pemberdayaan masyarakat secara ekonomi pun dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan pekarangan rumah dengan ditanami oleh tanaman yang bernilai ekonomis seperti cabe, tomat, bawang daun, dan lain-lain. Setali tiga uang, sampah hilang dari lingkungan kita berganti dengan banyak tumbuh-tumbuhan hijau yang secara alami menghasilkan oksigen. Disiang hari udara sejuk, pandangan hijau menyegarkan. Pada malam hari, jalan gang kecil menjadi ‘caang baranang’ oleh lampu neon dari genset berbahan bakar gas.
Demikianlah konsep menyeluruh tentang penanggulangan masalah sampah. Penerapan teknik penanggulangan sampah secara arif dan bijaksana akan mengubah image sampah itu bau dan menjijikkan menjadi sampah itu “mau” dan “menjanjikan”. Penyelesaian persoalan sampah selama ini hanya memindahkan persoalan satu daerah ke daerah lain. Boleh jadi sampah bersih di wilayah kita, tetapi di wilayah lain sampah demikian menggunung akibat pemindahan persoalan (sampah kiriman), padahal wilayah yang kita kirimi sampah tersebut manusianya sama-sama punya hidung seperti halnya kita. Penerapan konsep zero waste mampu mengurai sampah langsung dari sumbernya yaitu lingkungan masyarakat. Bersamaan dengan itu pula kesejahteraan sosial melalui program pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan. Salah satu programnya adalah penerapan teknik pertanian yang modern didukung dengan optimalisasi penggunaan pupuk cair organik. Di sisi lain para ibu rumah tangga dapat diberikan pendidikan pelatihan membuat kerajinan tangan dari plastik kemasan (handycraft).
Potensi masyarakat yang belum tergali adalah modal dasar yang sangat berharga bagi penulis untuk pelaksanaan konsep zero waste di RT 06 RW 02. Teknis pelaksaannya yaitu seluruh warga produktif dibagi kelompok masing-masing berjumlah dua puluh orang. Setiap kelompok mempunyai ketua kelompok. Setiap kelompok dua puluh orang dibagi lagi menjadi empat regu. Tehnik pembagian warga seperti ini akan memudahkan koordinasi antara pengurus Gembelink dengan warga secara keseluruhan dan berkesinambungan. Sehingga penyebaran informasi dan pelaksanaan program, berkoordinasi cukup melalui ketua kelompoknya, selanjutnya ketua kelompok dan kelompoknya melaksanakan program yang direncanakan.
Rumus tersebut dinamai RUMUS 64. Aplikasi RUMUS 64 yaitu seluruh warga per RT dibagi 6 disesuaikan jumlah hari kerja dalam satu minggu. Setiap satu kelompok dibagi 4 disesuaikan dengan jumlah minggu dalam satu bulan. Dengan menggunakan RUMUS 64, pemeliharaan keamanan dalam hal ronda malam setiap warga produktif akan terjadwal ronda satu kali dalam satu bulan (tidak ronda setiap seminggu sekali seperti yang berlaku pada saat ini).

Silahkan datang ke alamat kami: Gembelink/Biogas RT 06
RT 06 RW 02 Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung,
Jadwal: Sabtu dan Minggu
Contact Persons :
Wawan Gunawan : 022 70643463
Soni S. Atmadja : 085861929999
Yayat Hidayat : 02291825724
Eutik Ruhiyat : 081322922380
Dede Rusmana : 08996905636
Bambang I : 085624077551
Farid Ma'ruf : 08161375704 (Bekasi)
Hadi Suyono : 081214440811

Cipadung, Januari 2011